Senin, November 10, 2008

Budaya Korporat yang Adaptif

Budaya korporat yang bisa membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkunganlah yang akan menghasilkan kinerja superior dalam jangka panjang. Sedangkan budaya tidak adaptif umumnya sangat birokratis. Anggota organisasi sangat reaktif, menghindari risiko, dan tidak begitu kreatif. Informasi tidak mengalir dengan cepat dan mudah ke segenap bagian organisasi. Penekanan terhadap kontrol secara luas memperlemah motivasi dan antusiasme. Budaya adaptif tentunya kebalikan dari itu semua dan memiliki karakteristik yang sangat berbeda.

          Menurut Ralph Kilmann, budaya adaptif diwarnai oleh pendekatan pengambilan risiko, saling percaya dan proaktif. Para anggota aktif mendukung upaya koleganya untuk mengidentifikasi masalah dan menerapkan solusi efektif. Setiap orang saling percaya, mereka yakin tanpa ragu bahwa mereka mampu mengelola masalah dan peluang apapun secara efektif. Semua orang memiliki antusiasme yang sama, semangat untuk melakukan apapun untuk mencapai sukses organisasi. Para anggota terbuka terhadap perubahan dan inovasi.”  Rosabeth Kanter berargumen bahwa budaya adaptif menghargai dan mendorong kewirausahaan yang akan membantu perusahaan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan  dan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang–peluang baru. Kotter memiliki pandangan yang sama, hanya dia menekankan kepemimpinan ketimbang entrepreneurialisme. Dia berargumen bahwa fungsi utama kepemimpinan adalah menggerakkan perubahan, dan jika satu budaya mendukung aktivitas tersebut ke seluruh hirarki perusahaan, maka akan terbentuk sikap berani mengambil risiko, inisiatif, komunikasi, dan motivasi.

                    3M adalah contoh kasus. Perusahaan 3M secara sadar mempromosikan budaya yang mampu menghadapi perubahan. Sudah bertahun-tahun para manajer 3M mencoba meraih angka persentase penjualan minimum dari ’produk baru’. Perusahaan memiliki norma budaya yang mendorong pendanaan inisiatif pengembangan yang prospektif, terutama bila inisiatif itu muncul dari level terbawah. Perusahaan bangga karena terbuka mengevaluasi gagasan–gagasan baru dan mengambil risiko secara cermat. Dalam proses ini, perusahaan mampu menciptakan bidang-bidang usaha baru yang penting.

          Tom Peters adalah tokoh yang paling gigih membela konsep budaya adaptif. Untuk menyingkirkan model ekonomi tradisional yang berfokus pada pemegang saham, Peters menekankan pada “pelanggan” dan menyatakan bahwa bila budaya menghargai pelanggan, dan menciptakan perubahan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, budaya itu akan membantu menciptakan organisasi adaptif. 

Kotter menekankan pentingnya semua konstituen yang mendukung bisnis, khususnya pelanggan, pemegang saham, dan karyawan. Kotter tidak pernah menyatakan secara eksplisit mengapa budaya manajerial perlu memperdulikan konstituen tersebut. Namun logika implisitnya begini: para manajer akan berjuang melipatgandakan kinerja ekonomi bila mereka peduli pada kepentingan pemegang saham, dan dalam industri yang kompetitif hal ini hanya mungkin terjadi bila mereka sungguh-sungguh peduli pada pelanggan, dan dalam pasar tenaga kerja kompetitif hal ini hanya mungkin terjadi bila mereka peduli pada  orang–orang yang melayani pelanggan, yaitu karyawan. Dengan kata lain, Kotter menyatakan bahwa lingkungan yang harus diadaptasi oleh para manajer terdiri dari para konstituen tersebut. Kotter berargumen bahwa perusahaan tidak akan bisa beradaptasi terhadap perubahan dengan sukses sebelum para manajer memperhatikan pihak–pihak tersebut.

2 komentar:

  1. hai mas uyunk...
    masuk lagi nih..
    apa kabar ?

    mas gimana kalo buat kuliah online aja ? soalnya ilmunya anda bisa digunakan banyak orang tuhh. kalo anda mau buat, saya orang pertama yang mau bantu! Gimana mas, bisa buat perubahan ?

    salam
    budi

    BalasHapus
  2. saya pertimbangkan deh.. :-) tapi dengan format begini sudah ada banyak yg mencoba kontak. mungkin yg lebih siap adlh situs sy yg lain:
    http://uyungs.wordpress.com/
    NB: Mas Budi, gimana ya caranya belajar Drupal atau CMS lainnya?

    BalasHapus