Senin, November 03, 2008

Karyawan pun bisa membuat keajaiban

Peter Drucker mengatakan bahwa di masa depan, organisasi hanya memiliki setengah dari jumlah level manajerial yang ada saat ini. Jumlah manajer yang bertahan hanya kurang dari sepertiga jumlah manajer yang ada saat ini. Organisasi masa depan akan sangat berbeda dari ‘model manufaktur’ yang berlaku saat ini. Drucker meramalkan munculnya organisasi berbasis informasi yang akan didominasi oleh organisasi layanan yang terdiri dari ‘para spesialis yang mengarahkan kinerja mereka sendiri melalui umpan balik dari kolega, konsumen, dan kantor pusat mereka.’

          Pendekatan manajemen ‘alternatif’ juga sejak beberapa tahun lalu telah menarik perhatian kita. Para penganut Total Quality Management berkata, “Cukup baik berarti belum cukup baik.” Mereka mengasumsikan bahwa semua orang di tempat kerja adalah konsumen. Ketika para pemasar hendak menjual suatu produk, mereka mencari informasi sebanyak mungkin tentang konsumen yang dibidik (siapa mereka, bagaimana kehidupan mereka, apa yang membuat mereka antusias, apa yang mereka butuhkan, dan apa yang tidak mereka butuhkan).

          Ada kaitan apa antara gagasan pemasaran ini dengan manajer SDM? Nah, para manajer sumber daya manusia adalah para pemasar internal. Sebagaimana pemasar eksternal, para karyawan adalah konsumen mereka. Bahkan bisa dikatakan, karyawan adalah konsumen mereka yang sangat istimewa, karena sebagaimana luas diakui bahwa ‘… para karyawanlah yang membuat bisnis bisa berjalan terus. Dan kita perlu ingat pelajaran lama tentang bagaimana budaya mampu mempersatukan semua karyawan serta memberi makna dan tujuan dalam kehidupan mereka sehari-hari’ (Deal dan Kennedy 1982). Buku itu menguraikan korelasi antara sukses perusahaan, karyawan, dan budaya korporat. Secara khusus, buku itu menggedor kesadaran para manajer akan pentingnya pembangunan budaya dan memberikan saran-saran untuk memprakarsainya.

          Argumentasi agar manajer melibatkan dirinya dengan perubahan perilaku sangat kuat (meski mungkin tidak begitu menyenangkan sebagaimana tugas-tugas prosedural, akuntansi dan teknis). Para karyawan selain bisa bersikap emosional, juga mampu berpikir logis. Mereka bukanlah komoditas yang statis. Mereka mungkin saja bekerja ogah-ogahan. Namun sebaliknya mereka juga mampu melepaskan semua katup energi, antusiasme, kegigihan dan sinergi yang mampu membuat keajaiban dengan kemampuan dan kreativitas mereka. Semua itu bergantung pada bagaimana cara mereka dikelola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar